Ebeg Siap Ramaikan TMMD Banjarnegara

oleh -1,193 views

BANJARNEGARA – Anak-anak dari SDN 1 Pasegeran Kecamatan Pandanarum, desa yang menjadi sasaran TMMD Reguler 102 Kodim Banjarnegara, bersemangat melaksanakan gladi kotor dan bersih untuk pementasan dalam upacara pembukaan TMMD 10 Juli 2018. Senin (9/7/18).

Nampaknya upacara pembukaan maupun penutupan TMMD Reguler Banjarnegara, tidak akan dipusingkan dengan hiburan guna memeriahkan dan menyambut para tamu yang akan hadir.

Pasalnya di wilayah setempat, mempunyai kesenian tradisional yang biasa disebut Ebeg atau Kuda Lumping. Sedangkan untuk daerah Jawa Tengah lainnya sering disebut dengan kesenian Jathilan.

Kelompok kesenian kuda lumping Langgeng Sari Dibawah asuhan Partono (54) warga Rt 02 Rw. 05 Dusun Karang Gondang Desa Pasegeran, anak-anak ini siap lestarikan budaya daerah dan siap tampil meramaikan gelaran pembukaan TMMD.

“Grup kesenian kami, Langgeng Sari sudah melaksanakan latihan dari beberapa hari yang lalu, agar pada saat tampil nanti sudah tidak canggung lagi. Ini tampaknya tidak akan menjadi persoalan serius di bagi grup ebeg ini, karena mereka biasa tampil di acara-acara seremonial di desa-desa. Namun demikian kesiapan grup ebeg ini tentunya berbeda karena ini akan tampil di depan Wakli Gubernur Jateng, Heru Sudjatmoko, sehingga perlu latihan yang intensif guna meminimalisir kesalahan pentas,” ungkapnya.

Perlu diketahui bahwa, Tarian Ebeg di daerah Banyumas menggambarkan prajurit perang yang sedang menunggang kuda, dengan gerakan tari yang menggambarkan kegagahan.

Dalam penyajiaanya, Ebeg akan melalui satu adegan yang unik yang biasanya di tempatkan di tengah pertunjukan. Ebeg sangat kental dengan alam gaib, sehingga menjadikan kesenian warisan leluhur ini sampai sekarang dapat bertahan.

Daya tarik utama dari kesenian ini adalah Mendhem atau intrans atau kesurupan, sebagaimana orang Banyumas menyebutnya. Inilah yang dimaksudkan Ebeg sangat kental dengan alam gaib.

Pemain akan kesurupan dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik, seperti makan beling atau pecahan kaca, makan dedaunan, makan ayam yang masih hidup, berlagak seperti monyet, ular dan lainnya. Jadi dengan adanya upacara TMMD, tentunya akan memberikan ruang tersendiri bagi kesenian tradisional ini untuk terus hidup, lestari dan berkembang ditengah budaya asing.

“Sengaja pihak kami menampilkan kesenian lokal tradisional ini, terutama pelakunya adalah anak-anak. Mereka harus bangga dan melestarikan kesenian asli Banyumasan ini,” tegas Kaposramil Pandanarum, Peltu Pojos. (Red)

Komen yang sopan ya..!!!