Dugaan Suntik Menyuntik Tanah PJT II Diakui Pihak Rekanan

oleh -1,349 views
Ilustrasi Gambar : Google

LENSA POTRET : Dugaan adanya suntik menyuntik tanah pengairan yang dikelola oleh Perum Jasa Tirta II (PJT II) rupanya semakin terang benderang. Pasalnya, pihak rekanan PJT II mengakui adanya aktivitas pengerukan Galian C di wilayah Desa Muarabakti, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi yang nantinya akan dijual demi mengeruk atau mendapatkan keuntungan besar.

Menurut penjelasan dari H.Narsilah selaku rekanan dari PJT II, bahwa tanah darat tersebut yang sudah dikeruk nantinya akan diurug kembali dengan menggunakan tanah dari hasil normalisasi kali CBL (Cikarang-Bekasi-Laut).

“Saya mengangkut tanah timbunan yang dahulu bekas digali terus ditimbun, dan diurug kembali pakai lumpur. Nah, itu saya ambil yang atasnya,” kata H.Narsilah saat diwawancarai oleh Lensa Potret, Rabu (1/5/2019).

Dikatakan H. Narsilah, dalam proyek tersebut ada dua rekanan yang mengerjakan, untuk sebalah Selatan dikerjakan oleh Toleng, dan sebelah Barat dikerjakan oleh dirinya sendiri.

“Boleh dicek lokasi tersebut, artinya saya mengambil tanah sesuai tanah asli, yang tanggul asli. Jadi atasnya saya kupas untuk pribadi saya,” ucapnya.

Menurut H. Narsilah, kalau sesuai kontrak dari PJT II hanya atas nama dirinya sendiri. Namun, dari kontrak tersebut tidak diambil semua olehnya dan ditukar voleme proyek tersebut dengan proyek lainnya, lalu diambil lah oleh Toleng.

“Toleng itu menggalinya sebelah kidul (selatan), bukan saya, itu orang lain. Meski bendera di PJT II saya, lalu diambil Toleng dan sudah habis, tapi sampai sekarang masih berjalan (pengerukan tanahnya), saya juga bingung, bingungnya orang itu enak enak saja, sementara saya banyak yang nanyain begana begini (ini itu),” kesalnya.

Dijelaskannya, kontrak proyek pengambilan tanah pengairan sudah habis, tapi Toleng masih saja tetap berjalan dengan melebihi kapasitas kedalaman yang ada.

Mulainya pekerjaan proyek Toleng, kata H.Narsilah bermula dari proyeknya sendiri. Namun, diperjalanan H.Narsilah melihat bahwa kandungan tanahnya banyak sampah dan ada sebagian tai minyak yang dihasilkan oleh Pabrik sekitar.

“Nah, itu saya tinggal dan ganti volume, dan proyek itu lama lama diambil Toleng, meski kontraknya sudah saya pegang, Toleng mendapatkan kontrak proyek tersebut bukan dari saya tapi dari PJT II yang berjumlah 200 meter kubik,” katanya.

Saat Lensa Potret menanyakan, banyaknya tanah pengairan yang berlubang akibat adanya pengambilan tanah yang berlebihan oleh oknun rekanan, H.Narsilah mengakui bahwa adanya aktivitas suntik menyuntik tanah.

“Ohh kalau begitu kan namanya nyuntik menyuntik pak, maaf ya sedikit dari saya (informasi, red). Jadi itu kan, ya namanya kita usaha pak,” singkatnya.

Kronologisnya, lanjut Narsilah, memang tanah itu banyak mengandung sampah, untuk dijual kembali pun susah, harganya pun sangat murah.

“Pembeli juga kan gak mau pak, jadi artinya saya suntik saya ganti yang itu (Lumpur Kali, red), intinya dengan standar normal tanggul kita kan jangan sampai terganggu, artinya kita ngambil berapa misalnya sepaket atau sepaket setengah, tapi saya tutup lagi gitu dengan standar normal tanggul tetep masih sama untuk pribadi saya, nutupnya juga pakai tanah yang ada plastik doang, ini gek yang dibawah campur plastik, emang tanah boncos,” bebernya.

Nah, untuk yang sekarang dikerjakan, kata Narsilah, kalau memang ingin lebih detailnya permasalahan tersebut datang langsung ke lokasi, karena Narsilah sendiri mengakui sampai saat ini masih menjadi polemik di masyarakat akibat kompensasi penggusuran warga yang belum jelas, antara jalan masuk proyek untuk pengambilan tanah bawah Kali CBL. Namun untuk yang bekerja sampai saat ini, kata Narsilah bukan dirinya.

“Artinya itu bukan saya yang masih bekerja,” akunya. Menurutnya, PT. Mercu juga ikut langsung dalam pengangkutan tanah hingga ke bibir Kali CBL.

“Kalau kita sendiri diperintah oleh PJT II, kalau kita kan diperintahkan untuk bantu doang, ya kita kan kerja pakai modal pak, jadi sedikit banyak nyari nyari buangan (Keuntungan, red), kita juga jual tidak pasaran tinggi kagak apa, cuma kan pas lagi kebeneran cuacanya begini, hujan lagi hujan lagi. Jadi ya saya boro-boro untung, per kubik juga harganya Rp.10 ribu, untuk satu mobil berisi tujuh kubik,” imbuhnya.

Narsilah pun mengakui kembali bahwa dia menjual tanah tersebut hanya sampai diatas mobil dengan harga jual yang relatif murah.

“Saya jual tanah sampai diatas mobil. Ya, kita kan buat sewa alat pak, semua itu saya jual Rp.130 ribuan ukuran mobil yang berisi 7 kubik, gak saya jual mahal, makannya perusahaan saya gak banyak makan untung karena modal yang ada habis pak,” keluhnya.

Pengerukan tanah tersebut, menurut Narsilah katanya untuk pengurugan tanah perumahan. “Mau tidak mau dah perumahan, adanya begitu, kalau untuk perumahan apik (elite) mungkin gak mau. Ya memang kita keluarinnya tanah seperti itu pak tanah boncos namanya galian X pak,” jelasnya.

Narsilah juga menuturkan, untuk kontrak yang diberikan PJT II diberikan dengan tiga bulan pekerjaan, setelah habis tiga bulan, dirinya pun meminta perpanjangan proyek tersebut.

“Nah, ini kan memang lagi dikasih perpanjang, ini juga memang habis atau enggak, saya juga memang lagi gak jalan (Kerja, red) lagi ngurusin masyarakat yang ini (Digusur, red),” tukasnya. (Afz).

Komen yang sopan ya..!!!