Rumah Warga Miskin Babelan Roboh, Pejabat dari Tingkat Desa sampai Kabupaten Cuek

oleh -1,117 views

LENSA POTRET : Nenek Rus tak tahu harus bagaimana lagi agar rumahnya yang roboh dapat berdiri tegak kembali pasca diterjang angin puting beliung. Wanita berusia 70 tahun ini tak dapat berbuat apa-apa, dan hanya berharap belas kasihan.

Singkat cerita rumah warga Kampung Wates, RT 009 RW 05, Desa Kedungjaya, Kecamatan Babelan, ini roboh sejak Rabu (10/3/2021). Rumah seluas 4 x 5 meter itu kini kondisinya masih ambruk.

Sudah 12 hari sejak peristiwa nahas itu terjadi, belum ada uluran tangan bagi Nenek Rus. Pokok permasalahannya adalah bangunan rumah yang ia tempati itu berdiri di atas tanah pengairan atau lahan milik Perum Jasa Tirta II.

“Harapan nenek bisa memiliki rumah tinggal kembali mesti tak besar dan mewah. Nenek tidak bisa tidur kalau harus tinggal di rumah tetangga,” ujar Nenek Rus sembari meneteskan air mata.

Sekretaris Jenderal Jaringan Organisasi Keadilan Rakyat (Joker), Herry ZK, mengecam sifat cuek para pejabat mulai dari tingkat desa sampai kecamatan, baik eksekutif dan legislatif.

“Kalau mau membantu jangan lihat status tanahnya. Tanah milik Allah, bukan milik pemerintah. Negara hanya menguasakan saja yang mana dikuasi untuk kesejahteraan masyarakat. Tunjukan dong rasa kepedulian terhadap rakyat miskin,” kata Herry kepada media, Senin (22/3/2021).

Perkataan Herry bukan tanpa dasar, dia mengutip Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasi oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Herry yang dikenal aktif pada kegiatan sosial kemasyarakatan ini meminta pihak Desa Kedungjaya segera bertindak dengan kas yang dimiliki desa.

“Di Babelan itu banyak perusahaan-perusahaan BUMD, BUMN dan Swasta. Hasil bumi Babelan dikeruk, tapi masyarakatnya masih banyak yang miskin dan sengsara. Setiap perusahaan punya tangung jawab sosial terhadap masyarakat dan lingkungan,” tegas dia.

“Ke mana Pak Kades, Pak Camat, dan para anggota DPRD Dapil 4 yang waktu Pileg rajin nyamperin masyarakat. Sekarang giliran masyarakat butuh bantuan, ora ada yang dateng?” kata dia berapi-api.

Herry memberi contoh tentang banyak-nya bangunan-bangunan kios yang berdiri mewah di atas pengairan. Bangunan itu berdiri di sejumlah wilayah Kecamatan Babelan.

“Itu kenapa bisa ada bangunan di atas tanah pengairan, malah di atas pengairan? Kalau bukan ada transaksi, mana bisa di situ ada bangunan? Selain ganggu ketertiban umum, bangunan itu juga berpotensi bikin banjir,” papar Herry sembari menunjukkan bukti foto.

Oleh karena itu, bagi Herry tak ada alasan bagi pemerintah desa, kecamatan, dan tingkat Kabupaten Bekasi untuk beralasan bahwa tak bisa membantu untuk mendirikan rumah bagi Nenek Rus karena terbentur status tanah.

“Ini jadinya seperti anak ayam kelaparan di dalam lumbung. Itu peribahasa yang paling tepat menggambarkan krisis kesejahteraan di Kecamatan Babelan,” imbuh dia.

“Babelan punya kekayaan alam melimpah ruah. Ada minyak bumi, dan gas. Setiap hari minyak bumi Babelan disedot, tapi masyarakatnya tetap miskin dan sengsara,” ucap dia.

“Ini sangat ironis. Semua seperti lingkaran setan yang tak ada ujung dan terus berulang dari waktu ke waktu,” katanya.

Masih kata Herry, Tuhan telah menganugerahkan kepada bangsa Indonesia kekayaan alam yang berlimpah ruah. Namun ternyata hingga kini hal itu belum dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, khusus di wilayah Kecamatan Babelan.

Ini tidak lepas dari soal moralitas para pemimpin. Sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat, kami merasa ikut bertanggungjawab untuk memperbaiki keadaan ini. Dia mengajak Pemerintah melaksanakan tanggungjawabnya dengan sebaik-baiknya.

“Saat ini banyak rakyat kalangan bawah mengalami stres karena beratnya beban hidup yang dialami. Ironisnya, kesejahteraan hanya dinikmati oleh segelintir elit yang berkuasa. Kami berharap, agar hati para pemimpin terbuka dan mau mengubah keadaan,” demikian dia. (Red)

Komen yang sopan ya..!!!