Dana Bantuan Rutilahu di Desa Sukamekar Disunat Rp7 juta?

oleh -28,190 views

LENSA POTRET : Menjadi orang susah dan serba kekurangan bukan keinginan siapapun manusia di bumi ini, tetapi inilah yang terjadi, faktanya manusia yang hidup dengan serba kesusahan dan kemiskinan justru menjadi ladang para oknum untuk melakukan tidakan semena-mena.

Miris, mungkin itu kata yang tepat untuk menggambarkan para penerima bantuan rehabilitasi Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu) di wilayah Desa Sukamekar, Kecamatan Sukawangi, Kabupaten Bekasi.

Pasalnya, sebanyak 40 orang penerima bantuan Rutilahu tidak menerima bantuan sebagaimana mestinya, alias disunat oleh oknum Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa setempat ?.

Padahal ketika dilakukan rapat sebelum mendapatkan bantuan tersebut pihak Dinas Perumahan Rakyat Kawasan Permukiman dan Pertanahan (Disperkimtan) mengatakan bahwa tidak ada potongan dalam bentuk apa pun karena bantuan senilai Rp 20.000.000 yang bersumber dari APBD Kabupaten Bekasi itu digunakan untuk pembelian material senilai Rp 17.500.000 dan biaya upah tukang senilai Rp 2.500.000.

Minah (53), warga yang mendapatkan bantuan di Kampung Pangkalan, RT 001 RW 002 Desa Sukamekar, mengatakan bahwa bantuan yang ia terima berbentuk bahan bangunan berupa batu bata merah sebanyak 2.000 buah, pasir mundu 4 mobil kijang, semen tiga roda 40.kg 13 sak, bata hebel 4 kubik, semen mu 4 sak, ring besi 2 ikat, besi behel 10mm 20 batang, paku 2.kg, papan bekisting 10 lembar, kawat ikat 1.kg, batu split 1 mobil kijang, paralon 6 inch 1 batang, kloset biasa 1 buah, lem paralon 1 buah, keramik spectrum 40×40 9 dus, cat v-tex 5.kg 1 kaleng, pintu 1 set, jendela 3 set, roster kayu 5 buah.

“Katanya dapat Rp20 juta, tapi ini malah nggak cukup, liat aja kedalam rumah emang begitu jadinya. Bambu sama genteng rumah aja kita nggak dapat, malah genteng rumah yang lama disuruh cuci. Waktu itu saya tanya kedia (Ketua LPM), buat beli bambu ada ini? Kata dia nggak ada udah, cuma kalau ibu minta bambu duit tukang saya nggak kasih,” ujar Minah kepada Lensa Potret, Kamis, 20 Januari 2022.

Minah pun mengeluhkan ketidaktransparan pengiriman barang karena material yang dikirim dari toko bangunan tidak menyertakan nota bonnya, dan barang yang dikirim pun tidak sesuai dengan kebutuhan untuk membangun.

“Waktu saya tanyakan ini dananya masih ada lagi? Masa ini cuma kayak gini doang, kata dia (Ketua LPM) nggak ada udah habis bu, lah trus ini saya gimana masih kurang bangunannya, kata dia lah ibu usahain sendiri, lah saya kalau usahain buat nambahin sendiri dari mana? emang ketahuan saya orang susah. Pas semenjak itu udah dia gak datang datang lagi. Untuk beli kekurangan bangunannya yah pakai duit sendiri, itu juga duit boleh pinjam sana sini,” keluhnya.

Jika diestimasikan bantuan material yang ia terima dan ditambah dengan biaya tukang hanya sebesar Rp 12.922.000, dengan rincian dihitung dari harga tertinggi yakni batu bata merah sebanyak 2.000 buah Rp 1.000.000, pasir mundu 4 mobil kijang Rp 1.200.000, semen tiga roda 40.kg 13 sak Rp 650.000, bata hebel 4 kubik Rp 2.600.000, semen mu 4 sak Rp 400.000, ring besi 2 ikat Rp 240.000.

Besi behel 10mm 20 batang Rp 1.300.000, paku 2.kg Rp 40.000, papan bekisting 10 lembar Rp 150.000, kawat ikat 1.kg Rp 30.000, batu split 1 mobil kijang Rp 350.000, paralon 6 inch 1 batang Rp 125.000, kloset biasa 1 buah Rp 150.000, lem paralon 1 buah Rp 12.000, keramik spectrum 40×40 9 dus Rp 450.000, cat v-tex 5.kg 1 kaleng Rp 100.000, pintu 1 set Rp 600.000, jendela 3 set Rp 900.000, roster kayu 5 buah Rp 125.000, biaya tukang Rp 2.500.000. Sisa biaya bangunan yang tidak dibelanjakan sebesar Rp. 7.078.000.

Senada hal tersebut, inisial OH (42) warga yang juga mendapatkan bantuan di Kampung Pangkalan, RT 003 RW 002 Desa Sukamekar, mengungkapkan, bantuan yang ia terima berupa bahan material. Jika diestimasikan bantuan material yang ia terima dan ditambah dengan biaya tukang hanya sebesar Rp 14.570.000.

Rinciannya sebagai berikut, pasir hitam 3 mobil carry Rp 900.000, batu hebel 6 kubik Rp 3.900.000, bata merah 2.000 buah Rp 1.000.000, besi 10mm 30 batang Rp 1.950.000, semen tiga roda 15 sak Rp 750.000, semen mu 4 sak Rp 400.000, ring behel 400 buah Rp 480.000, kawat ikat 3 kg Rp 90.000, paku 3 kg Rp 60.000, batu split 1,5 mobil carry Rp 525.000, kayu kaso 4×6 10 batang Rp 125.000, papan bekisting 10 lembar Rp 150.000, jendela 3 set Rp 900.000, pintu 1 set Rp 600.000, cat v-tex 5kg 1 kaleng Rp 100.000, lisplang 2 buah Rp 140.000, biaya tukang Rp 2.500.000. Sisa biaya bangunan yang tidak dibelanjakan sebesar Rp. 5.430.000.

“Katanya mah anggarannya Rp20 juta, yang Rp17,5 juta buat bahan bangunan yang Rp2,5 juta buat tukang. Yah itu yang katanya duit Rp17,5 juta buat material jadinya cuma setengah badan rumah doang, sisanya yah pakai duit sendiri. Bon belanja material mah gak dikasih, yah ini mah kita catatin sendiri aja kalau setiap barang material turun, ” ungkap OH.

Hingga berita ini diterbitkan, pihak Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Desa Sukamekar belum ada yang bisa dimintai keterangannya terkait dugaan penyunatan anggaran tersebut. (Red)

Komen yang sopan ya..!!!